Ciri-Ciri dan Klasifikasi Platyhelminthes (Cacing Pipih) Terlengkap

Posted on

Pada postingan tentang Invertebrata disebutkan bahwa Hewan-hewan yang termasuk kelompok Invertebrata, antara lain Porifera (hewan berpori), Cnidaria (hewan bersengat), Platyhelminthes (cacing pipih), Nemathelminthes (cacing benang/ cacing gilik), Annelida (cacing gelang), Mollusca (hewan bertubuh lunak), Arthropoda (hewan yang memiliki kaki bersendi-sendi), dan Echinodermata (hewan berkulit duri).

Setelah kita bahas tuntas tentang  Porifera (hewan berpori) dan Cnidaria (hewan bersengat) . kali ini kita akan bahas mengenai Platyhelminthes (cacing pipih).

cacing pipih

Platyhelminthes (Cacing Pipih)

Ciri-Ciri Umum Platyhelminthes

Platyhelminthes (cacing pipih) termasuk triploblastik aselomata. Ciri- ciri umum Platyhelminthes adalah hidup bebas di air tawar dan tempat lembap, ada juga yang hidup sebagai parasit, tubuh tidak bersegmen, sistem pencer- naan makanan tidak sempuma, ekskresi dengan menggunakan flame cells (sel api), memiliki sistem saraf tangga tali, memiliki mata, reproduksi secara seksual dan aseksual, memiliki daya regenerasi yang tinggi, serta merupakan organisme hermafrodit.

Klasifikasi Platyhelminthes

Platyhelminthes dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda.

Kelas Turbellaria
Turbellaria sering disebut cacing berambut getar. Ciri- ciri cacing berambut getar, antara lain panjang tubuh 5-25 cm dengan titik mata terletak di bagian dorsal kepala. Mulut terletak di ujung kerongkongan yang dapat dipanjangkan untuk menangkap makanan. Cacing dewasa memiliki pori genitalis di belakang mulut. Epidermis disusun oleh sel- sel kubus, di antaranya terdapat sel kelenjar. Epidermis bagian ventral memiliki silia sebagai alat gerak. Di bagian bawah epidermis terdapat sel-sel formatif yang berfungsi membentuk bagian-bagian tubuh baru apabila ada’alat tubuh yang terputus (daya regenerasi besar).

Susunan saraf terdiri atas dua ganglia. Pada bagian kepala di bawah mata terdapat dua ganglia otak yang berhubungan dengan mata yang peka terhadap cahaya. Gerakan meluncur dilakukan dengan kontraksi otot yang memanjang untuk menarik tubuh bagian belakang.

Reproduksi vegetatif dilakukan dengan pembelahan melintang atau membujur. Selanjutnya. setiap belahan tubuh beregenerasi membentuk individu baru yang utuh. Planaria bereproduksi seksual dengan cara dua planaria saling menempel di bagian ventral dan kemudian mengadakan kopulasi.

Planaria (Dugesia tigrina) hidup bebas di air tawar sebagai konsumen. Hewan ini juga hidup di bawah daun tum- buhan air dan di batu-batu sebagai organisme saprofit. Hewan ini merupakan organisme hermafrodit. Kelenjar kelaminma berguna untuk membuat, menyimpan, dan memindahkan sel- sel kelamin. Planaria selalu menghindari cahaya dan dalam keadaan gelap akan merayap dengan aktif.

Limnostylochus bornencis hidup di laut dan banyak ditemukan di perairan laut di sekitar Kalimantan. Tubuhnya memiliki usus yang bercabang-cabang. Alaurina couposita hidup di laut, memiliki usus yang sederhana dan lurus, mulut di ujung anterior, terdapat di Atlantik Utara.

Kelas Trematoda
Trematoda (cacing isap) hidup sebagai parasit (ektoparasit atau endoparasit) pada hewan dan manusia Disebut cacing isap karena memiliki dua alat pengisap di bagian ventral tubuhnya yang dilengkapi dengan alat pelekat. Makanannya berupa jaringan atau cairan tubuh hewan. Trematoda memiliki alat indra berupa bintik mata yang terletak di bagian punggung pada tahap larva dan agak di bagian depan pada tahap dewasa. Alat-alat pencencernaan terdiri atas mulut, faring berotot, esofagus yang pendek dan usus pendek yang bercabang dua. Alat ekskresi berupa sel api. Sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali yang tersusun atas ganglia rangkap dekat esofagus, dua saraf dorsal (punggung), dan macam-macam serabut saraf.

Contoh anggota Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica) yang hidup sebagai parasit pada hati kambing, domba, dan sapi. Cacing hati bertubuh pipih dengan panjang sekitar 30 mm. Alat pengisapnyal di bagian tengah. Sapi atau kambing yang terinfeksi cacing hati tidak segera mati dan dapat menularkan ke sapi atau kambing lain yang sehat. Dalam siklus hidupnya, cacing hati mengalami metagenesis.

Clonorchis sinensis dan Ophiosthorchis adalah contoh Trematoda parasit pada hati manusia dengan hospes (perantara) siput (keong) dan ikan. Schitostonia japonicum dan Fasciolopis buski adalah Trematoda yang menyebabkan penyakit pada manusia, babi, dan anjing. Adapun Paragonismus westermanni menyerang paru-paru kucing, babi, kambing, dan mammalia lain. Schistostoma hematobium menyerang darah manusia. Infeksi terjadi melalui kulit dan air minum.

Kelas Cestoda
Cestoda sering dikenal sebagai cacing pita. Tubuh cacing pita beruas-ruas dan tidak bersilia, tetapi permukaan taenia soliumtubuhnya dilapisi kutikula. Tubuh Cestoda terdiri atas kepala, disebut skoleks, dan segmen-segmen atau ruas-ruas tubuh, disebut proglotid. Segmen tubuh itu terus-menerus dibentuk terutama di bagian leher. Pada skoleks terdapat empat alat pengisap disebut rostelum dengan kait yang tersusun atas bahan kitin.

Cestoda hidup sebagai parasit di saluran pencernaan manusia, karena tidak memiliki mulut dan saluran pencernaan. Makanan diambil dari inang dengan cara diserap melalui seluruh permukaan tubuhnya.

Dalam siklus hidupnya, Cestoda menga- lami metagenesis.. Larva Cestoda disebut heksakan atau onkosfer Cacing dewasa ditemukan dalam rongga usus Vertebrata, sedangkan larvanya ditemukan di antara sel-sel dalam jaringan.

Reproduksi terjadi secara seksual Fertilisasi terjadi dalam satu proglotid. Proses fertilisasi diawali dengan bersatunyi sel-sel garnet dari dua proglotid berlainan yang akan menjadi ootid. Setelah matang. sel telur dalam proglotid akan dilepaskam bersama feses dan berkembang menjadii larva onkosfer. Larva yang termakan oleh babi atau sapi tidak akan tercerna dan akan menembus dinding usus, kemudian masui dalam pembuluh darah dan getah bemng serta menetap di otot sebagai sistae yang akan membesar menjadi sistiserkus.

Contoh cacing pita, antara lain Taenia saginata: inang tetapnya manusia, inang perantaranya sapi; Taenia solium: inang tetapnya manusia, inang perantaranya babi; Echinococcus granulosus: inang tetapnya manusia, inang perantaranya anjing; Diphyllobothrium latum: parasit pada manusia. dengan perantara ikan air tawar.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Ciri-Ciri dan Klasifikasi Platyhelminthes (Cacing Pipih) Terlengkap. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.


Baca postingan selanjutnya:

Penjelasan Klasifikasi Cnidaria Terlengkap

 Ciri-Ciri , Struktur, Perkembangbiakan Dan Peranan Cnidaria

Ciri-Ciri, Struktur, Reproduksi, Klasifikasi Dan Peranan Porifera

Pengertian Dan Jenis-Jenis Invertebrata

Pengertian, Ciri-Ciri, Klasifikasi Angiospermae Dan Manfaat Spermatophyta

Kormophyta Berbiji (Spermatophyta) Serta Mengenal Ciri-ciri Dan Klasifikasi Gymnospermae