Sejarah Peristiwa Rengasdengklok : Latar Belakang, Kronologi, Tujuan, Tokoh dan Makna Peristiwa Rengasdengklok

Posted on

Sejarah Peristiwa Rengasdengklok – Sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, banyak terjadi peristiwa bersejarah salah satunya adalah peristiwa rengasdengklok. Apa latar belakang peristiwa rengasdengklok? Bagaimana kronologi peristiwa rengasdengklok?

Baca Juga : Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Sejarah Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda seperti Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31” terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa rengasdengklok ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, dalam peristiwa ini Soekarno dan Hatta didesak untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, hingga terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda mengenai kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

Walaupun didesak, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sedangkan di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan sudah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Namun apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.

Rencananya, proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA (sekarang menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan para pemuda yang ada di Jakarta. Akan tetapi sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tbadi Jakarta.

Keesokan harinya, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa rengasdengklok dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, dimana golongan tua menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/Dokuritsu Junbi Inkai), sedangkan golongan muda ingin agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.

Baca Juga : Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan

Selain itu, penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengkok dilakukan agar mereka tidak terpengaruh oleh Jepang. Golongan pemuda khawatir jika kemerdekaan yang sebenarnya adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia, seolah-olah menjadi pemberian dari Jepang.

Sebelumnya pada tanggal 15 Agustus, golongan pemuda sudah mengadakan perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan dari segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang.

Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya namun ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Pada tanggal 15 Agustus 1945, berita kekalahan dan menyerahnya Jepang pada sekutu didengar oleh golongan muda. Kemudian golongan muda yang diwakilkan oleh Sutan Sjahrir menyarankan pada Ir. Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, akan tetapi hal tersebut ditolak oleh Bung Karno. Ia berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia masih akan dibicarakan pada Sidang PPKI pada 18 Agustus 1945.

Karena penolakan usulan tersebut, pada malam hari tanggal 15 Agustus para golongan muda seperti Soekarni, Jusuf Kunto, Syodanco Singgih, Chaerul Saleh dan lainnya mengadakan rapat di ruang Laboratorium Mikrobiologi di Pegangsaan Timur. Dalam rapat tersebut mereka merumuskan rencana untuk mendesak Soekarno-Hatta untuk memutuskan ikatan dari Jepang dan mengadakan pertemuan antara golongan tua dan golongan muda. Kemudian golongan muda mengutus Darwis dan Wikana untuk menyatakan keinginan golongan muda pada golongan tua, tapi keinginan tersebut ditolak karena Bung Karno tidak ingin meninggalkan anggota PPKI lainnya. Mendengar penolakan tersebut, Wikana mengancam bahwa pada esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara besar-besaran. Sehingga terjadi suasana tegang antara Bung Karno dan golongan muda yang disaksikan oleh Bung Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Dr. Buntara, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.

Perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda tersebut, tidak membuat golongan muda menyerah dan mereka kembali mengadakan rapat pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Jalan Oikini 71 Jakarta. Hasil rapat tersebut memutuskan untuk membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke luar kota agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang oleh golongan muda yang diwakilkan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Jusuf Kunto, Syodanco Singgih, Aidit dan Chaerul Saleh. Selain agar tidak terpengaruh oleh Jepang, tujuan penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok yaitu untuk mendesak mereka agar memproklamasikan kemerdekaan Indonesia Secepatnya.

Baca Juga : Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sedangkan di Jakarta, terjadi pertemuan antara Mr. Ahcmad Soebarjo dari golongan tua dengan Wikana dan Yusuf Kunto dari golongan Muda. Setelah terjadi kesepakatan dengan memberi jaminan kepada para pemuda bahwa selambat-lambatnya esok hari tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta akan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, pada pukul 16.00 sore Mr. Ahmad Soebarjo diantar Yusuf Kunto menjemput Soekorno-Hatta di Rengasdengklok, setelah mendengar kesepakatan Cudanco Subeno, Komandan kompi tentara Peta di Rengasdengklok, memperbolehkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Kemudian sekitar pukul 21.00 rombongan lalu meninggalkan Rengasdengklok menuju Jakarta. Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fatmawati (istri Bung Karno), yang ikut di bawa ke Rengasdengklok.

Dan pada malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat tersebut membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Rapat tersebut berlangsung sepanjang malam dan baru berakhir sekitar pukul 04.00 pagi menjelang sahur (bulan ramadhan).

Dalam rapat tersebut terjadi perumusan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah proklamasi tersebut dirumuskan oleh tiga orang, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr. Ahmad Subardjo. Dan yang menuliskan naskah Proklamasi adalah bung Karno. Kemudian setelah selesai, Bung Karno membacakan teks tersebut dengan perlahan agar peserta rapat yang hadir bisa mendengarnya dengan baik. Kemudian bung Karno menyarankan agar naskah proklamasi tersebut di tanda tangani oleh seluruh peserta rapat yang hadir. Tapi setelah diadakan musyawarah, disepakati bahwa naskah Proklamasi hanya akan di tanda tangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kemudian naskah tulisan tangan Bung Karno di ketik oleh Sayuti Melik.

Tujuan dan Tokoh Peristiwa Rengasdengklok

Tujuan peristiwa Rengasdengklok adalah untuk mendesak Ir Soekarno dan Mohammad Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia tanpa bantuan dari pemerintah Jepang melalui PPKI. Selain itu juga untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang.

Tokoh yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok, diantaranya:

  • Golongan Muda diantaranya Chaerul Saleh, Darwis, Subadio, Sukarni, Wikana, Suroto Kunto, Johar Nur, Aidit, A.M Hanafie, dan Sidik Kertapati
  • Golongan Tua diantaranya Ir. Sukarno, Muhammad Hatta dan Mr Ahmad Subardjo

Baca Juga : Sejarah Piagam Jakarta

Makna Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa yang melatarbelakangi proklamasi kemerdekaan Indonesia dan tokoh dalam peristiwa ini dikenang sebagai pahlawan nasional.

Pada saat itu, golongan muda mendesak para tokoh golongan tua (Ir Soekarno dan Moh Hatta) agar segera memplokamirkan kermerdekaan Indonesia karena telah mengetahui kekalahan Jepang oleh sekutu. Dari kejadian tersebut ada makna yang sangat penting dan berpengaruh bagi kemerdekaan Indonesia.

Tujuan atau makna utama dari peristiwa rengasdengklok adalah para golongan muda ingin mempercepat proses proklamasi tanpa harus menunggu atau terpengaruh oleh Jepang. Hal tersebutlah yang menyebabkan mengapa Ir. Soekarno dibawa ke Rengasdengklok untuk diamankan sekaligus agar tidak terpengaruh oleh Jepang.

Sehingga, akhirnya bangsa Indonesia bisa segera memplokamirkan proklamasi tanpa intervensi ataupun gangguan dari pihak Jepang sehingga Indonesia bisa merdeka seutuhnya.

Demikian artikel pembahasan tentang sejarah peristiwa rengasdengklok mulai dari kronologi, latar belakang, tujuan, tokoh dan makna peristiwa rengasdengklok secara lengkap. Semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan lainnya.