Teknik-Teknik Pengendalian Sosial : Aspek Dan Cara Pengendalian Terlengkap

Posted on

Menurut Berger, pengendalian sosial adalah cara yang dipergunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang, sedangkan menurut Roucek, pengendalian sosial adalah proses terencana maupun tidak tempat individu diajarkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.

Pengendalian dengan cara kekerasan atau paksaan sering kali digunakan dalam rangka menciptakan ketertiban. Misalnya aksi demonstrasi mahasiswa yang dihalau dengan bentrokan fisik dari piha pengamanan. Berikut ini kita akan membahas berbagai cara pengendalian/ teknik pengendalian sosial,antara lain.

pengendalian sosial

Berbagai Teknik/Cara Pengendalian Sosial

a. Dari Aspek Pelaksanaan

Dilihat dari aspek pelaksanaannya, teknik/cara pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara berikut.

1. Cara Persuasif Tanpa Kekerasan
Pengendalian sosial cara persuasif lebih menekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing berupa anjuran. Contoh, akhir-akhir ini pemerintah berusaha menertibkan pedagang kaki lima (PKL), misalnya di Surabaya dan Malang. Penjual-penjual tersebut dikumpulkan dan diberi penjelasan bahwa tempat berjualan itu harus diatur yang rapi supaya ticfak mengganggu lalu lintas dan mengganggu pemandangan/kebersihan.Jadi mereka itu diminta untuk mematuhi Perda yang sudah diundangkan dengan kesadaran tanpa kekerasan. Namun kenyataannya dalam masyarakat masih banyak para pedagang yang tidak mengindahkan Perda tersebut sehingga mereka seenaknya berjualan di teras-teras toko. Adakalanya mereka tidur dan masak di tempat itu. Mungkin karena sudah merasa keenakan mereka tidak mau ditertibkan berdasarkan Perda yang berlaku, sehingga untuk menertibkan PKL-PKL tersebut ditempuh jalan kekerasan.

2. Cara Kekerasan Paksaan (Coercive)
Cara kedua untuk pengendalian sosial yaitu dengan kekerasan/paksaan (coercive). Cara kedua ini dilakukan setelah langkah pertama (persuasif) tidak berhasil. Misalnya seperti contoh di atas yaitu penertiban PKL melalui pembujukan atau bimbingan. Setelah para pedagang dikumpulkan dan diberi penjelasan namun tetap tidak mengindahkan peraturan yang ada, pemerintah terpaksa bertindak tegas untuk menertibkan PKL-PKL tersebut dengan jalan kekerasan seperti penggusuran.

3. Cara Kompulsi (Compultion)
Cara ketiga dalam pengendalian sosial yaitu dengan menciptakan suatu situasi yang dapat mengubah sikap atau perilaku yang negatif. Misalnya ada siswa yang enggan memakai dasi yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Supaya mereka patuh untuk memakai dasi waktu sekolah, setiap ada siswa yang tidak memakai dasi (berarti pelanggaran) ditegur dan dijelaskan sebab mereka harus memakai dasi. Cara pengendalian sosial semacam ini disebut kompulsi.

4. Cara Pervasi (Pervation)
Cara keempat dalam pengendalian sosial yaitu dengan cara pervasi. Cara ini dilakukan dengan jalan norma atau nilai yang disampaikan secara berulang- ulang dan terus-menerus dengan harapan norma/nilai tersebut melekat dalam jiwa seseorang sehingga akan terbentuk sikap yang diharapkan. Misalnya, bahaya narkoba dapat disampaikan pada siswa melalui media massa seperti media cetak dan media elektronik secara berulang-ulang dan terus-menerus.

b. Aspek Jumlah Cakupan yang Terlibat

Dilihat dari jumlah cakupan yang terlibat, pengendalian sosial dapat dibedakan menjadi seperti berikut ini.

1. Pengawasan dari Individu terhadap Individu Lain
Pengawasan dari individu terhadap individu lain ini, misalnya ada seorang ibu yang memperingatkan anaknya supaya tidak mengambil mangga di halaman tetangganya tanpa izin, berarti ibu tadi telah melakukan pengendalian sosial untuk tidak melanggar norma pada individu lain yaitu anaknya.

2. Pengawasan dari Individu terhadap Kelompok
Pengawasan dari individu terhadap kelompok ini misalnya seorang polisi lalu lintas berjaga di perempatan jalan raya untuk kelancaran lalu lintas dan keamanan pengguna jalan. Ini berarti pengendalian sosial dari individu (polisi) terhadap kelompok (pengguna jalan).

3. Pengawasan dari Kelompok terhadap Kelompok
Pengawasan dari kelompok terhadap kelompok ini misalnya: menteri kehutanan beserta jajarannya mencari jalan secara musyawarah bagaimana jalan terbaik untuk mengatasi tindakan perambah hutan yang merugikan negara dan masyarakat. Ini berarti pengendalian sosial dari kelompok (jajaran Menteri Kehutanan) terhadap kelompok (para perambah hutan).

4. Pengawasan dari Kelompok terhadap Individu
Pengawasan dari kelompok terhadap individu ini mis&lnya sebuah organisasi olah raga menindak salah satu anggotanya, bahkan sampai dikeluarkan dari perkumpulannya karena telah melanggar ketentuan perkumpulan olah raga tersebut. Ini berarti pengendalian sosial dari kelompok (organisasi olah raga) terhadap individu (salah seorang anggota organisasi).

Selain cara di atas, menurut Koentjaraningrat. (1992; 217) pengendalian sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ini.

  • Mempertebal keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat.
  • Memberi ganjaran atau semacam penghargaan kepada warga masyarakat yang selalu taat kepada adat istiadat.
  • Mengembangkan rasa malu dalam jiwa warga masyarakat yang menyeleweng dari adat istiadat.
  • Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masyarakat yang hendak menyeleweng dari adat istiadat dengan ancaman dan kekerasan.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Teknik-Teknik Pengendalian Sosial : Aspek Dan Cara Pengendalian Terlengkap. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.


Baca postingan selanjutnya: