Sel Darah Merah (Eritrosit) : Ciri, Struktur, Proses Pembentukan dan Gangguan Pada Sel Darah Merah (Eritrosit)

Posted on

Sel Darah Merah (Eritrosit) Pada Manusia – Apa yang dimaksud dengan sel darah merah? Apa ciri ciri sel darah merah? Apa fungsi dari sel darah merah? Apa saja struktur sel darah merah? Bagaimana proses pembentukan sel darah merah? Apa yang dimaksud dengan eritrosit? Eritrosit normal berapa? Apa itu eritrosit dan fungsinya? Apa penyebab eritrosit tinggi?

Baca Juga : Sistem Peredaran Darah Pada Manusia

Agar lebih memahaminya, kali ini kita akan membahas tentang pengertian sel darah merah (eritrosit), ciri-ciri, struktur, proses pembentukan dan jenis kelainan darah yang berkaitan dengan sel darah merah (eritrosit) secara lengkap.

Pengertian Sel Darah Merah (Eritrosit)

Eritrosit atau sel darah merah adalah salah satu jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa jaringan-jaringan tubuh melalui darah. Secara etimologi, kata eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu erythos berarti merah dan kytos berarti selumbung darah.

Sel darah merah merupakan bagian sel darah yang memiliki jumlah terbanyak dalam tubuh yang produksinya antar masa janin dengan masa sesudah kelahiran.

Beberapa minggu pertama kehidupan embrio, sel darah primitif yang berinti di produksi di yolk sac (kantung kuning). Memasuki pertengahan trimester masa gestasi, produksi eritrosit diambil alih oleh hati sebagai organ utama yang memproduksi eritrosit, limpa dan juga kelenjar limfe.

Selanjutnya, selama sebulan sebelum kelahiran dan sesudah lahir, eritrosit hanya di produksi di sumsum tulang dari semua tulanh kecuali bagian proksimal humerus (tangan) dan tibia (tulang kering) hingga seseorang berumur 5 tahun. Proksimal humerus dan tibia hanya akan memproduksi sedikit eritrosit lalu tidak memproduksi lagi hingga mencapai usia sekitar 20 tahun. Setelah usia tersebut, eritrosit akan diproduksi di sumsum tulang membranosa seperti vertebrae (tulang belakang), sternum (tulang dada), costae (tulang rusuk) dan illium. Namun, jumlah eritrosit yang di produksi sumsum tulang membranosa akan sedikit dan berkurang seiring pertambahan usia.

Ciri-Ciri Sel Darah Merah (Eritrosit)

Berikut ini ciri-ciri sel darah merah yaitu:

  • Memiliki bentuk bulat pipih yang bagian tengahnya cekung atau bikongkaf
  • Tidak memiliki inti sel.
  • Berwarna merah karena mengandung hemoglobin.
  • Umur sel darah merang kurang lebih 120 hari.
  • Sel darah merah berjumlah 4-5 juta sel/mm3 darah.
  • Sel darah merah berdiameter 7-8 um dan tebalnya 1-2 um.
  • Sel darah merah bersifat elastic.

Fungsi Sel Darah Merah (Eritrosit)

Fungsi dan peran penting , diantaranya yaitu:

Fungsi utama sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh yaitu mengedarkan darah yang kaya oksigen (O2) dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Dalam menjalankan fungsi, eritrosit dibantu oleh hemoglobin (Hb), yaitu subtansi eritrosit yang terdiri atas rantei heme dan globin. Rantai heme merupakan senyawa besi protoporfirin yang membentuk pigmen atau bagian bebas protein dalam hemoglobin dan berperan mengangkut oksigen (O2).

Selain itu, peran penting eritrotrosit yang lainnya yaitu:

  • Sebagai dapar atau penyangga asam basa yang baik untuk darah.
  • Eritrosit mengandung enzim karbonik anhidrase, yaitu enzim yang berfungsi meningkatkan kecepatan dalam mengatalisis reaksi reversibel antara karbondioksida (CO2) dan air (H2O) untuk membentuk asam karbonat (H2CO3) beberapa ribu kali lipat.
  • Hemoglobin (Hb) sebagai substasi eritrosit berperan dalam menangkal patogen atau bakteri melalui proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas yang bisa menghancurkan membran sel patogen dan membunuh bakteri. Untuk itu, dikatakan eritrosit berperan dalam menjaga sistem kekebalan tubuh (antibodi).
  • Eritrosit berperan dalam pelebaran pembuluh darah. Mekanisme tersebut bisa terjadi karena adanya senyawa S-Nitthrosothiol yang dilepaskan saat Hemoglobin (Hb) mengalami deogsigenerasi.

Baca Juga : Sistem Gerak Pada Manusia

Struktur Sel Darah Merah (Eritrosit)

Struktur sel darah merah (eritrosit) normal adalah tidak memiliki inti dan berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter sekitar 7-8 mikrometer dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian paling tebal dan sekitar 1 mikrometer pada bagian tengahnya. Bentuk sel darah merah bisa berubah-ubah saat sel melewati kapiler, tapi perubahan bentuk tersebut tidak akan menyebakan sel mengalami ruptur. Hal tersebut disebabkan dalam keadaan normal, sel darah merah memiliki kelebihan membran sel untuk menampung zat didalamnya sehingga tidak akan merengangkan membran secara hebat.

Dalam sel darah merah (eritrosit) terdapat hemogloblin (Hb), substansi hemoglobin (Hb) tersebut memberikan warna merah pada darah. Hemoglobin (Hb) juga diartikan sebagai protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke bagian tubuh lain. Selain itu ada juga istilah Hematokrit (Ht atau HCT) yaitu mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah apakah tinggi atau rendah.

Volume rata-rata sel darah merah pada tiap individu yaitu 90-95 µm³, sedangkan jumlah sel darah merah sangat bergantung pada jenis kelamin dan dataran tempat tinggal seseorang. Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per mm³ yaitu 5.200.000 (±300.000) dan pada wanita normal 4.700.000 (±300.000). Orang yang tinggal di dataran tinggi memiliki jumlah sel darah merah yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggal di dataran rendah.

Proses Pembentukan Sel Darah Merah (Eritrosit)

Proses pembentukan sel darah merah atau eritrosit disebut juga eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diregulasi oleh hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel Pertama yang dikenali sebagai rangkaian pembentukan eritrosit adalah proeritroblas, yang dibentuk dari sel stem CFU-E. Setelah sel proeritroblas terbentuk, sel tersebut akan membelah beberapa kali. Sel baru dari generasi pertama pembelahan disebut basofil eritroblas karena bisa di cat dengan warna basa. Sel tersebut mengandung sedikit sekali hemoglobin.

Pada pembelahan selanjutnya, jumlah hb yang terbentuk lebih banyak dari sebelumnya. Sel yang terbentuk pada tahap ini disebut polikromatofil eritroblas. Pada tahap selanjutnya, jumlah Hb yang dibentuk akan semakin banyak dan sudah memberikan warna merah pada sel. Sel dikenal dengan ortokromatik eritroblas. Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh Hb hingga konsentrasi 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa akhirnya diabsorbsi dan didorong keluar dari sel. Pada saat bersamaan retikulum endoplasma direabsorpsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit, karena masih mengandung sedikit materi basofilik yang terdiri dari sisa aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya.

Selama tahap retikulosit, sel akan berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler). Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1-2 hari, dan kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup retikulosit pendek, maka konsentrasinya diantara semua sel darah normalnya sedikit kurang dari 1%.

Jika eritrosit telah berada dalam sirkulasi, maka dalam keadaan normal umur sel darah merah yaitu kurang lebih sekitar 120 hari. Sel darah merah yang sudah tua menjadi lebih rapuh dan bisa pecah dalam perjalanannya melalui pembuluh darah yang sempit. Sebagian eritrosit akan pecah di dalam limpa karena terjepit saat melewati pulpa merah limpa dan sebagiannya lagi akan dibongkar di hati. Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan difagositosis dan dicernakan oleh sel makrofag terutama yang ada dalam limpa, hati dan sumsum tulang. Selanjutnya di hati, hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang akan ditampung dalam kantong empedu. Bilirubin berfungsi memberi warna pada feses. Zat besi yang ada pada hemoglobin diangkut lalu dilepas dan diangkut kedalam sumsum tulang untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah baru atau disimpan di hati dan jaringan lain dalam bentuk ferritin.

Baca Juga : Sistem Pernapasan Pada Manusia

Dalam tahapan pembentukan eritrosit, kadar oksigen (O2) di udara, hormon eritopoietin, protein, cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan vitamin B12 penting diperhatikan karena merupakan faktor yang bisa mempengaruhi proses tersebut.

Dampak Kekurangan dan Kelebihan Sel Darah Merah (Eritrosit)

Kekurangan eritrosit dapat menyebabkan hal-hal berikut ini diantaranya: Anemia Defisiensi Vitamin, Anemia Aplastik, Penyakit Sumsum Tulang, Anemia Hemolitik, Anemia sel sabit. Sedangkan kelebihan sel darah merah dapat menyebabkan kondisi lain seperti Penggumpalan Darah dan Kerusakan Organ.

Gangguan dan Kelainan Pada Sel Darah Merah (Eritrosit)

Berikut ini gangguan atau penyakit yang bisa terjadi dalam sel darah merah, diantaranya:

Eritrosit Tinggi

Eritrosit tinggi (polisitemia) adalah kondisi dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah melebihi batas normal di dalam tubuhnya. Ada 2 jenis polisitemia, yaitu polisitemia primer yang disebabkan oleh kelainan genetik atau faktor keturunan; dan polisitemia sekunder yang disebabkan karena kondisi tertentu atau penyakit lain yang mendasari, seperti penyakit jantung, penyakit paru-paru, kanker/tumor pada organ tertentu, dehidrasi, apnea tidur dan efek samping obat.

Peningkatan jumlah eritriosit bisa meningkat pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi maupun pegunungan juga para perokok. Kondisi ini tak selalu bergejala, umumnya gejala eritrosit tinggi yaitu sakit kepala, lemas, pusing, gatal-gatal, gangguan penglihatan, mudah lebam dan mimisan. Untuk mengobati kondisi ini perlu dilakukan pengurangan jumlah sel darah merah tersebut maka segera diperiksakan ke dokter atau bisa juga dengan donor darah.

Eritrosit Rendah

Eritrosit rendah adalah kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah kurang atau dibawah batas normal di dalam tubuhnya. Penyebab eritrosit rendah diantaranya pendarahan; kekurangan nutrisi; memiliki penyakit tertentu seperti anemia, hemolisis, infeksi berat, kanker darah, kerusakan ginjal, penyakit tiroid dan keracunan timbal; atau bisa juga efek samping dario pemakaian obat tertentu.

Untuk menangani eritrosit rendah, biasanya dokter akan menyarankan untuk melakukan transfusi darah, konsumsi suplemen zat besi, folat, vitamin B12, cuci darah, kemoterapi, operasi, radioterapi, juga pemberian hormon eritropoietin.

Selain itu ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit dalam tubuh manusia, diantaranya:

  • Polisitemia Vera, yaitu kondisi dimana sel darah merah yang diproduksi pada sumsum tulang belakang terlalu banyak.
  • Anemia, yaitu kurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh.
  • Malaria, yaitu penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit yang nantinya akan menginfeksi sel darah merah juga merusak sel tersebut.
  • Limfoma, yaitu kanker darah yang berkembang dalam sistem limfa.

Baca Juga : Sistem Pencernaan Pada Manusia

Demikian artikel pembahasan tentang pengertian sel darah merah (eritrosit), ciri-ciri, struktur, proses pembentukan dan jenis kelainan darah yang berkaitan dengan sel darah merah (eritrosit) secara lengkap. Semoga bermanfaat