Cara Pengukuran Dengan Jangka Sorong Dan Mikrometer Sekrup

Posted on

Alat ukur yang kita pakai menentukan hasil pengukuran yang kita dapatkan. Sebagai contoh, lakukan pengukuran di-ameter dari bagian bawah sebuah botol dengan sebuah mistar panjang yang sering digunakan para pekerja banggunan (atau mistar gulung). Hasil yang kamu lakukan hanya mempunyai ketelitian sampai 0,1 cm, sesuai dengan skala terkecil yang terdapat pada mistar gulung, walaupun mungkin kamu menyatakan bahwa kamu bisa memperkirakan ketelitian sampai separo skala terkecil, yaitu 0,05 cm.

mistar benar

Alasannya adalah bahwa amat sulit bagi orang yang melakukan pengukuran untuk memperkirakan skala- skala yang lebih kecil di antara dua garis skala terkecil. Skala yang terdapat pada mistar sendiri boleh jadi tidak seakurat angka-angka yang tertera, karena belum tentu mistar dibuat dengan keakuratan yang sangat tinggi di pabrik. Sumber ketidakpastian lain muncul dari diri kita sendiri ketika membaca skala pada mistar. Kesalahan baca yang terjadi karena kita tidak tepat mengarahkan pandangan mata kita ke objek yang diamati disebut kesalahan paralaks.

Bagaimana jika kita menggunakan jangka sorong untuk mengukur di¬ameter botol tersebut? Akankah hasil yang kita peroleh lebih akurat? Ya. Untuk mengukur diameter botol tersebut, jangka sorong lebih tepat digunakan. Jangka sorong memiliki ketelitian sampai dengan 0,1 mm atau 0,01 cm. Untuk benda-benda yang tidak terlalu kecil, jangka sorong cukup tepat digunakan sebagai alat ukur. Untuk mengukur panjang benda yang lebih kecil, kita menggunakan mikrometer sekrup yang memiliki ketelitian sampai dengan 0,01 mm atau 0,001 cm.

Pengukuran dengan Jangka Sorong

Seperti yang terlihat pada Gambar 1.21(a), jangka sorong memiliki dua bagian utama, yaitu rahang tetap dan rahang sorong. Pada rahang tetap terdapat skala panjang yang disebut skala utama, sedang pada rahang sorong terdapat skala panjang yang disebut skala vernier atau nonius. Skala nonius terdiri dari 10 bagian yang panjangnya 9 mm. Dengan demikian, tiap skala nonius memiliki panjang 0,9 mm. Selisih satu skala utama dengan satu skala noniu sama dengan 1 mm – 0,9 m = 0,1 mm. Selisih sebesar 0,1 mm inilah yan; disebut ketelitian jangka sorong.

28

Perhatikan Gambar 1.21(b). Angka 0 skala nonius berada setelah skala 4,7 cm pada skala utama. Ini berarti, diameter yang diukur 4,7 … cm. Skala ke-4 pada skala nonius berimpit dengan salah satu skala utama, sehingga selisih antara skala 4,7 cm dengan skala 0 pada skala nonius sama dengan 0,1 mm x 4 = 0,4 mm. Diameter yang diukur sama dengan 4,7 cm + 0,4 mu = 4,74 cm.

Jangka sorong yang baru saja kita bahas adalah jangka sorong yang banyak dijumpai di laboratorium sekolah. Saat ini, sudah banyak beredar jangka sorong dengan ketelitian yang lebih tinggi, sampai 0,05 mm dan 0,0l| mm.

Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan, atau diameter bola dan kawat yang sangat kecil. Gambar 1.22 (a) menunjukkan gambar mikrometer sekrup yang bagian utamanya adalah poros tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa pemutar.

29

Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala nonius diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur sejauh 0,5 mm. Dengan demikian, satu skala nonius sama dengan 0,5.^im = 0,01 mm. Angka inilah yang merupakan ketelitian mikrometer sekrup.

Perhatikan Gambar 1.22 (b). Skala nonius berada setelah 2,5 pada skala utama. Ini berarti, panjang benda yang diukur 2,5 … mm. Perhatikan, skala ke-7 dari skala nonius berimpit dengan garis mendatar pada skala utama. Ini berarti, selisih jarak antara skala nonius dengan titik 2,5 mm sama dengan 7 x 0,01 mm = 0,07 mm. Berarti, panjang benda = (2,5 + 0,07) mm = 2,57 mm.

Ketika melaporkan hasil pengukuran, ada baiknya (suatu keharusan jika kita melakukannya di laboratorium) jika kita menuliskan ketelitian pengukuran kita, atau perkiraan ketidakpastian dari hasil pengukuran kita. Sebagai contoh, diameter botol yang diukur dengan mistar bisa dinyatakan dalam 3,4 ±0,1 cm. Tulisan ±0,1 cm (plus-minus 0,1 cm) menyatakan ketidakpastian yang diperkirakan, sehingga diameter botol adalah antara 3,3 cm dan 3,5 cm. Ketidakpastian hasil pengukuran juga bisa dinyatakan dalam persen. Sebagai contoh, pada hasil pengukuran diameter botol sama dengan 3,4 ± 0,1 cm, persen ketidakpastiannya adalah

a

Kadang-kadang, hasil pengukuran tidak secara langsung menampilkan angka ketidakpastiannya. Namun demikian, kita haras bisa memperkirakan berapa ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Jika hasil pengukuran dituliskan 6,1 cm, kita perkirakan bahwa ketidakpastiannya 0,1 cm. Jadi, panjang sebenamya adalah antara 6,0 cm dan 6,2 cm. Jangan sampai kita menuliskan hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, sebagai 6,10 cm. Memang angka 6,10 cm sama dengan 6,1 cm, tetapi jika angka tersebut dimaksudkan sebagai hasil suatu pengukuran, artinya sangat lain. Angka 6,10 cm menyiratkan bahwa ketelitian alat ukur yang dipakai sampai 0,01 cm. Dengan demikian, ketidakpastiannya pun sama dengan 0,01 cm. Jadi, panjang sebenamya adalah antara 6,09 cm dan 6,11. Tidak mungkin mengukur panjang dengan mistar memiliki ketelitian seperti ini. Dari sini bisa kita sadari, bahwa angka 0 di belakang koma pun sangat penting di dalam menyatakan hasil pengukuran.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Cara Pengukuran Dengan Jangka Sorong Dan MIkrometer Sekrup. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.


Baca postingan selanjutnya: