Bhinneka Tunggal Ika : Pengertian, Sejarah, Arti, Makna, Prinsip, Tujuan dan Dampak Bhinneka Tunggal Ika

Posted on

Bhinneka Tunggal Ika – Kalian orang Indonesia pasti pernah mendengar semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”, tapi apakah kalian tau pengertian, sejarah, arti, makna, prinsip, fungsi, tujuan dan dampak Bhinneka Tunggal Ika bagi Indonesia. Agar lebih memahaminya kita akan membahas bhinneka tunggal ika secara lengkap.

Baca Juga : Arti dan Makna Lambang Simbol Negara Republik Indonesia

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Secara etimologis, kata bhinneka berarti “beraneka ragam”. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti “macam” dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti “satu”. Kata ika berarti “itu”. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Kalimat Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin atau kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.

Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi di wilayah Indonesia, dengan keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari beragam suku, bahasa daerah, ras, agama, dan kepercayaan, lantas tidak membuat Indonesia menjadi terpecah belah. Melalui semboyan ini, Indonesia bisa dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Sebelumnya semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Bhineka Tunggal Ika dikenalkan untuk pertama kalinya di masa pemerintahan Majapahit saat kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka Tunggl Ika ini dilakukan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma. Pada dasarnya, perumusan semboyan ini merupakan pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal ini tentunya dilakukan karena berhubungan dengan usaha membina Negara pada masa kerajaan Majapahit saat itu.

Baca Juga : Proses Perumusan UUD Negara RI Tahun 1945

Semboyan Bhineka Tunggal Ika juga telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada masa kemerdekaan. Di dalam kitab Sutosoma, Bhinneka Tunggal Ika lebih didefinisikan pada perbedaan dalam hal kepercayaan dan keanekaragaman agama yang ada di kalangan masyarakat pada jaman pemerintahan Majapahit.

Akan tetapi, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tapi pengertiannya lebih luas. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat-istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Negara.

Seluruh perbedaan yang ada di Indonesia memiliki tujuan yang satu atau sama yakni bangsa dan Negara Indonesia. Berbicara mengenai Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintahan Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan di undang-undangkan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama, yaitu pandangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara. Sementara itu, semboyan “Tan Hana Darma Mangrwa” digunakan sebagai motto lambang Lembaga Pertahanan Nasional. Makna dari semboyan itu adalah “tidak ada kebenaran yang bermuka dua”.

Akan tetapi, Lemhanas kemudian mengubah semboyan tersebut menjadi yang lebih praktis dan ringkas yaitu “bertahan karena benar”. Makna “tidak ada kebenaran yang bermuka dua” sebenarnya memiliki pengertian agar hendaknya manusia senantiasa berpegang dan berlandaskan pada kebenaran yang satu. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa” adalah ungkapan yang memaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan pada Majapahit. Tidak hanya Siwa dan Budha, tapi sejumlah aliran yang sejak awal sudah dikenal terlebih dulu sebagian besar anggota masyarakat Majapahit yang memiliki sifat majemuk.

Sehubungan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, cikal bakal dari Singasari, yaitu pada masa Wisnuwardhana sang dhinarmeng ring Jajaghu (Candi Jago), semboyan tersebut dan candi Jago disempurnakan pada masa Kerajaan Majapahit. Karena itu, kedua simbol tersebut lebih dikenal sebagai hasil peradaban masa Kerajaan Majapahit. Dari segi agama dan kepercayaan, masyarakat Majapahit merupakan masyarakat yang majemuk.

Selain adanya beberapa aliran agama dan kepercayaan yang berdiri sendiri, muncul juga gejala sinkretisme yang sangat menonjol antara Siwa dan Budha serta pemujaan terhadap roh leluhur. Akan tetapi, kepercayaan pribumi tetap bertahan. Bahkan, kepercayaan pribumi memiliki peranan tertinggi dan terbanyak di kalangan mayoritas masyarakat. Pada saat itu, masyarakat Majapahit terbagi menjadi beberapa golongan. Pertama, golongan orang-orang islam yang datang dari barat dan menetap di Majapahit. Kedua, golongan orang-orang China yang mayoritas berasal dari Canton, Chang-chou, dan Fukien yang kemudian bermukim di daerah Majapahit. Akan tetapi, banyak dari mereka masuk agama Islam dan ikut menyiarkan agama Islam.

Baca Juga : Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Pembentuk Jati Diri Bangsa

Sejak Negara Republik Indonesia ini merdeka, para pendiri bangsa mencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan pada lambang negara Garuda Pancasila. Kalimat itu sendiri diambil dari falsafah Nusantara yang sejak jaman Kerajaan Majapahit yang juga sudah dipakai sebagai motto pemersatu Nusantara, yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada dalam Kakawin Sutasoma, karya Mpu Tantular:

Rwāneka dhātu winuwus wara Buddha Wiśwa,
bhinnêki rakwa ring apan kěna parwanosěn,
mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
bhinnêka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa

Terjemahan:

Konon dikatakan bahwa Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Mereka memang
berbeda. Namun, bagaimana kita bisa mengenali perbedaannya dalam selintas
pandang? Karena kebenaran yang diajarkan Buddha dan Siwa itu sesungguhnya satu jua. Mereka memang berbeda-beda, namun hakikatnya sama. Karena tidak ada kebenaran yang mendua. (Bhineka Tunggal ika tan Hana Dharma Mangrwa).

Frasa tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan dengan kalimat berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemudian terbentuklah Bhineka Tunggal Ika menjadi jati diri bangsa Indonesia. Ini artinya, bahwa sudah sejak dulu hingga saat ini kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat bangsa di negeri ini. Munandar (2004:24) dalam Tjahjopurnomo S.J. mengungkapkan bahwa sumpah palapa secara esensial, isinya mengandung makna tentang upaya untuk mempersatukan nusantara. Sumpah Palapa Gajah Mada hingga kini tetap menjadi acuan, sebab Sumpah Palapa itu bukan hanya berkenaan dengan diri seseorang, namun berkenaan dengan kejayaan eksistensi suatu kerajaan. Oleh karena itu, sumpah palapa merupakan aspek penting dalam pembentukan Jati Diri Bangsa Indonesia.

Baca Juga : Pengertian Ideologi Pancasila

Menurut Pradipta (2009), pentingnya Sumpah Palapa karena di dalamnya terdapat pernyataan suci yang diucapkan oleh Gajah Mada yang berisi ungkapan “lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa” (kalau telah menguasai Nusantara, saya melepaskan puasa/tirakatnya). Naskah Nusantara yang mendukung cita-cita tersebut di atas adalah Serat Pararaton. Kitab tersebut mempunyai peran yang strategis, karena di dalamnya terdapat teks Sumpah Palapa. Kata sumpah itu sendiri tidak terdapat di dalam kitab Pararaton, hanya secara tradisional dan konvensional para ahli Jawa Kuno menyebutnya sebagai Sumpah Palapa. Berikut bunyi teks Sumpah Palapa menurut Pararaton edisi Brandes (1897 : 36):

Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa,
sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring
Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahan:

Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan
puasa (nya). Beliau Gajah Mada: Jika telah mengalahkan
nusantara, saya (baru) melepaskan puasa, jika (berhasil)
mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo,
Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru)
melepaskan puasa (saya)

Kemudian dilanjutkan dengan adanya Sumpah Pemuda yang tidak kalah penting dalam sejarah perkembangan pembentukan Jati Diri Bangsa ini. Tjahjopurnomo (2004) menyatakan bahwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 secara historis merupakan rangkaian kesinambungan dari Sumpah Palapa yang terkenal itu, karena pada intinya berkenaan dengan persatuan, dan hal ini disadari oleh para pemuda yang mengucapkan ikrar tersebut, yaitu adanya kata sejarah dalam isi putusan Kongres Pemuda Kedua.

Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang maha penting bagi bangsa Indonesia, setelah Sumpah Palapa. Para pemuda pada waktu itu dengan tidak memperhatikan latar kesukuannya dan budaya sukunya berkemauan dan berkesungguhan hati merasa memiliki bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ini menandakan bukti tentang kearifan para pemuda pada waktu itu. Dengan dibacakan Sumpah Pemuda, maka sudah tidak ada lagi ide kesukuan atau ide kepulauan, atau ide propinsialisme atau ide federaslisme. Daerah-daerah adalah bagian yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari satu tubuh, yaitu tanah Air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda adalah ide kebangsaan Indonesia yang bulat dan bersatu, serta telah mengantarkan kita ke alam kemerdekaan, yang pada intinya didorong oleh kekuatan persatuan Indonesia yang bulat dan bersatu itu.

Baca Juga : Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Pada saat kemerdekaan diproklamirkan, 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta, kebutuhan akan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia tampil mengemukan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar Negara RI. Sejak saat itu, Sumpah Palapa dirasakan eksistensi dan perannya untuk menjaga kesinambungan sejarah bangsa Indonesia yang utuh dan menyeluruh. Jika tidak ada Sumpah Palapa, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) akan dikoyak oleh suku bangsa Nusantara yang merasa dirinya bisa memisahkan diri dengan pemahaman federalisme dan otonomi daerah yang berlebihan.

Gagasan memisahkan diri sungguh merupakan gagasan dari orang-orang yang tidak tahu diri dan tidak mengerti sejarah bangsanya, bahkan tidak tahu tentang “jantraning alam” (putaran zaman) Indonesia, yang harus kita lakukan adalah dengan kesadaran baru yang ada pada tingkat kecerdasan, keintelektualan, serta kemajuan kita sekarang ini, bahwa bangsa ini dibangun dengan pilar bernama Bhinneka Tunggal Ika yang sudah mengantarkan kita menjadi sebuah bangsa yang terus semakin besar di antara bangsa-bangsa lain di atas bumi hingga hari ini, yaitu bangsa Indonesia, meski berbeda-beda (suku bangsa) tetapi satu (bangsa Indonesia).

Dikuatkan dengan pilar Sumpah Palapa diikuti oleh Sumpah Pemuda yang mengikrarkan persatuan dan kesatuan Nusantara/ bangsa Indonesia, serta proklamasi kemerdekaan dalam kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang utuh dan menyeluruh. Hal itu tidak terlepas dari pembentukan jati diri daerah sebagai dasar pembentuk jati diri bangsa.

Arti Bhinneka Tunggal Ika

Secara harfiah Bhinneka tunggal ika memiliki arti “Beraneka satu itu”, tapi secara universal Bhinneka tunggal ika juga bisa diartikan sebagai “Berbeda tetapi tetap satu jua”. Di masa kemerdekaan Indonesia semboyan ini memiliki arti yang lebih besar lagi, dimana ia menjadi salah satu tonggak berdirinya NKRI.

Baca Juga : Pancasila Sebagai Sumber Nilai Bangsa Republik Indonesia

Kini semboyan ini digunakan untuk mempersatukan perbedaan agama, suku, bahasa, dan kebudayaan yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Meskipun merupakan kata yang sederhana tapi Bhinneka tunggak ika sudah sangat erat dengan nusantara itu sendiri, sehingga dengan mudah mempersatukan bangsa yang memiliki wilayah luas tersebut.

Makna Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka tunggal ika memiliki makna yang sangat besar bagi bangsa Indonesia, dimana semboyan ini sebagai pemersatu bangsa. Hal tersebut karena Indonesia memiliki sebanyak 17.000 lebih pulau, 60% wilayah laut yang memisahkan beragam pulau, dan ada suku daerah atau ras yang berbeda-beda.

Dengan perbedaan yang sangat besar antar tiap daerah di Indonesia ini, membuat Indonesia harus bisa disatukan dengan sebuah cara. Dimana semboyan ini adalah cara Indonesia dalam menyatukan wilayah yang memiliki latar belakang dan sejarah yang berbeda tiap daerahnya.

Bukan hanya itu, semboyan bhinneka tunggal ika ini sangat penting sebagai tonggak tercapainya tujuan bangsa, hal itulah yang membuat semboyan ini dibawa oleh burung garuda yang memiliki lambang tujuan bangsa berupa Pancasila. Disini semboyan Bhinneka tunggal ika dituliskan pada sebuah pita, lalu dibawa oleh burung garuda dengan cara mencengkramnya menggunakan kaki.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika

Berikut ini prinsip dasar bhinneka tunggal ika diantaranya yaitu:

Baca Juga : Proses Terbentuknya Pancasila Dan Rumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Common Denominator

Pada dasarnya, bhinneka tunggal ika memiliki prinsip yang melatar belakanginya, salah satunya yaitu prinsip Common denominator atau persamaan secara umum. Prinsip ini bisa diartikan sebagai modal masyarakat Indonesia bahwa setiap perbedaan pasti terdapat sebuah persamaan, sehingga tidak perlu diperdebatkan secara serius hingga menimbulkan konflik.

Misalnya perbedaan antara agama yang ada di Indonesia, meski berbeda agama tapi ada persamaan yaitu memiliki tuhan yang tunggal. Bukan hanya agama saja tapi perbedaan lain seperti bahasa, suku, hingga kebudayaan tiap daerah di Indonesia memiliki persamaan.

Dengan adanya persamaan tersebut diharapkan masyarakat Indonesia paham mengenai keragaman yang ada di Indonesia, dimana setiap warga negara berhak memiliki kepercayaan akan agama, suku, bahasa, atau kebudayaan mereka.

Tidak Memiliki Sifat Formalistis

Prinsip tidak bersifat formalistik dalam Bhinneka tunggal ika tidak mengajarkan formalistik antara sesama warga negaranya. Tapi disini masyarakat harus memberi rasa hormat serta rukun kepada masyarakat lainnya. Karena itu akan muncul yang namanya kehidupan bermasyarakat.

Bhinneka tunggal ika tidak memiliki sifat formalistik juga mengandung arti bahwa negara Indonesia memperbolehkan masyarakatnya berkehidupan secara universal atau menyeluruh, tidak ada diskriminasi terhadap satu pihak tertentu. Melainkan semuanya bergabung menjadi satu hingga mewujudkan masyarakat yang rukun dan damai.

Tidak Bersifat Enklusif

Bhinneka tunggal ika memiliki prinsip tidak bersifat enklusif, dimana setiap kelompok, suku, ataupun organisasi di Indonesia diperlakukan secara sama. Disini kelompok yang besar atau kelompok mayoritas juga tidak diperbolehkan memaksa kehendak atas kelompok minoritas, hal tersebut bertujuan agar masyarakat Indonesia tidak mengalami perpecahan karena adanya sebuah kelompok atau organisasi.

Namun dengan adanya prinsip ini bukan berarti tidak memperbolehkan adanya kelompok, melainkan kelompok bisa berdiri tetapi tetap harus menghormati kelompok yang memiliki pemahaman berbeda dengan mereka.

Baca Juga : Kedudukan Pancasila Bagi Bangsa Indonesia

Prinsip yang satu ini memang sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia, mengingat Indonesia memiliki beragam kelompok yang memiliki pemahaman berbeda-beda. Adanya prinsip Bhinneka tunggal ika tersebut diharapkan setiap masyarakat sadar bahwa hidup berdampingan dengan kelompok lain memiliki hikmah yang sangat banyak dari pada memusuhinya.

Memiliki Sifat Konvergen

Sifat konvergen merupakan sifat dewasa dalam menghadapi perbedaan pendapat atau perbedaan budaya, dimana jika ada pertikaian atau konflik sebaiknya diselesaikan dengan cara mencari titik temu antara kedua belah pihak. Disini semuanya harus terbuka dan sebisa mungkin tidak mementingkan satu belah pihak saja.

Dalam Bhinneka tunggal ika sendiri menjadikan sifat konvergen sebagai salah satu prinsip utama, disini masyarakat Indonesia tidak boleh secara sepihak mementingkan satu belah pihak. Tapo disini kedua belah pihak bisa bermusyawarah dengan baik agar memiliki titik temu antara keduanya, hal ini bertujuan untuk mengurangi pertikaian atau konflik yang bisa saja terjadi di Indonesia.

Tujuan Bhinneka Tunggal Ika

Adapun tujuan Bhinneka tunggal ika diantaranya yaitu:

Mempersatukan Bangsa Indonesia

Bhinneka tunggal ika digunakan sebagai pondasi negara Indonesia bukan tanpa alasan, tapi semboyan ini memiliki tujuan yang sangat baik bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan yang pertama yaitu sebagai pemersatu bangsa, ini tentu tidak asing lagi mengingat Bhinneka memang memiliki tujuan utama untuk menyatukan bangsa Indonesia sejak kemerdekaan.

Semboyan Indonesia tentang persatuan dalam keragaman ini sendiri merujuk pada persatuan beragam jenis perbedaan yang ada di Indonesia, hal inilah yang membuat semboyan ini sangat kuat sebagai pondasi bangsa Indonesia. Terlebih semboyan ini bisa diterima oleh seluruh masyarakat yang ada di Indonesia.

Baca Juga : Pengertian Fundamental

Meminimalisir Konflik Atas Kepentingan Pribadi atau Kelompok

Adanya toleransi yang sangat besar merupakan ciri khas dari bhinneka tunggal ika, sehingga semboyan ini juga memiliki tujuan untuk meredam konflik atas kepentingan pribadi ataupun kelompok. Tak heran apabila terjadi masalah atau konflik, masyarakat Indonesia cenderung menyelesaikannya secara bermusyawarah.

Dengan melakukan bermusyawarah Indonesia akan terhindar dari konflik, disini musyawarah digelar tidak memandang atau memihak pada satu kelompok. Tapi harus digelar secara adil dan tidak mendesak kelompok manapun. Dengan begini konflik bisa diredam dengan aman dan damai antara kedua belah pihak.

Mempertahankan Kesatuan Bangsa

Indonesia memang memiliki wilayah yang sangat luas dengan beragam budaya dan pemikiran masing-masing, namun sebuah wilayah atau daerah pastinya banyak yang tidak suka dengan daerah lainnya. Hal ini mengakibatkan Indonesia sangat rawan akan terpecah belah, disini peran Bhinneka tunggal ika sangatlah penting dalam mempertahankan kesatuan bangsa.

Dengan memegang teguh moto sebagai negara “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”, Negara Indonesia diharapkan tetap utuh dan tidak ada perpecahan dimanapun. Jika ada perpecahan daerah lainnya akan berusaha untuk mempertahankan wilayah yang akan pecah tersebut, kerja sama inilah yang membuat Indonesia hingga kini masih tetap utuh secara keseluruhan.

Mencapai Cita-cita Negara Indonesia

Bhinneka tunggal ika biasa ditulis dalam pita yang ada dipegang oleh garuda, di garuda tersebut terdapat lambang tujuan negara yaitu Pancasila. Semboyan yang berasal dari bahasa kuno ini yang memegang peranan penting terhadap tercapainya tujuan negara berupa Pancasila tersebut.

Hal ini membuat motto Bhinneka tunggal ika harus kuat dan diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, agar bangsa bisa mencapai cita-cita yang telah diharapkan sejak dahulu yaitu tercantum dalam Pancasila.

Baca Juga : Sistem Pemerintahan Menurut Undang-Undang Dasar 1945

Menciptakan Perdamaian

Seseorang yang memiliki pendapat berbeda dengan lainnya pasti sering kali terjadi konflik, bukan hanya perseorangan saja tapi juga kelompok, organisasi bahkan sebuah wilayah bisa saja terjadi konflik. Disini Bhinneka tunggal ika sangat berguna untuk menyadarkan masyarakat bahwa pendapat tidak boleh dipaksakan.

Selain itu, dengan memegang arti dan makna dari semboyan Bhinneka tunggal ika ini akan membuat Indonesia bisa tetap damai, tidak ada konflik, pertikaian, ataupun perkelahian di antara sesama penduduk Indonesia. Tapi sayangnya hal ini belum bisa diterapkan secara penuh di Indonesia, mengingat masih banyak konflik yang terjadi hanya karena masalah perbedaan pendapat saja.

Seharusnya masyarakat Indonesia harus mulai sadar akan indahnya hidup berdampingan dengan budaya lain di Indonesia, dimana bermasyarakat akan lebih berwarna dan juga bisa mengenal kebudayaan lain serta memahami sifat positif dari kebudayaan tersebut.

Mewujudkan Masyarakat Madani

Masyarakat madani merupakan masyarakat yang memiliki adab terhadap sesamanya, bersosial dan bermasyarakat damai adalah ciri khas masyarakat madani. Menjadi masyarakat madani ini juga menjadi salah satu tujuan yang sangat penting dari Bhinneka tunggal ika, dimana masyarakat Indonesia bisa bersosial tanpa memandang suku, ras, ataupun perbedaan lainnya.

Semua masyarakat berhak menjalin hubungan dengan siapa saja tanpa terkecuali, sehingga dengan ini masyarakat madani bisa diterapkan di Indonesia. Pentingnya menegakkan masyarakat madani di Indonesia tidak lepas dari beragamnya kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia itu sendiri.

Akan tetapi dalam kenyataannya di Indonesia saat ini belum bisa menerapkan hal ini, masih banyak faktor yang menjadi penghalang seperti golongan, kelompok, ataupun kelas sosial yang berbeda membuat masyarakat Indonesia enggan bersosial dengan sesama masyarakat Indonesia lainnya.

Baca Juga : Kedudukan Pembukaan UUD 1945

Fungsi Bhinneka Tunggal Ika

Bangsa Indonesia memang sudah hidup dalam berbagai keragaman di dalamnya, tapi perseturuan tentang keberagaman antar rakyat tidak pernah terjadi. Hal tersebut tentu saja tak luput dari jasa para pahlawan yang telah membawa bangsa Indonesia hingga seperti yang sekarang.

Sejarah mencatat bahwasanya seluruh anak bangsa yang tergabung dalam paduan berbagai macam suku ikutserta memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengambil perannya masing-masing. Tentunya hal ini disadari oleh para pahlawan tentang kemajemukan yang ada dalam negeri. Realitas hidup di dalam keberagaman memang tak bisa dihindarkan. Kebhinnekaan merupakan suatu hakikat realitas yang sudah ada dalam bangsa Indonesia, sedangkan keTunggal Ikaan merupakan sebuah cita-cita kebangsaan.

Semboyan inilah yang terus menjadi jembatan emas penghubung menuju pembentukan jati diri negara berdaulat serta menunjukkan kebesarannya di mata dunia. Konsep Bhinneka Tunggal Ika ini kemudian dijadikan semboyan dasar NKRI. Oleh karena itu, semboyan tersebut layak untuk dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan di dalam diri bangsa Indonesia.

Sebagai generasi penerus bangsa yang telah menikmati kemerdekaan negara dengan mudah, harusnya mampu bersungguh-sungguh untuk menerapkan konsep semboyan negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Hidup dalam lingkungan yang menghargai satu sama lain tanpa memikirkan percampuran suku bangsa, ras, agama, bahasa juga keanekaragaman lainnya.

Dampak Bhinneka Tunggal Ika

Dampak Positif Bhinneka Tunggal Ika

Dampak positif adanya semboyan Bhinneka tunggal ika bagi bangsa Indonesia diantaranya yaitu:

  • Untuk membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju, makmur, damai juga bersosial budaya.
  • Sebagai persatuan bangsa Indonesia.
  • Dapat menumbuhkan sikap toleransi di tengah masyarakat Indonesia, sikap toleransi ini bisa sangat bermanfaat dalam kehidupan sosial di Indonesia. Dimana tidak ada pertikaian karena suatu perbedaan tertentu.

Baca Juga : Amandemen UUD 1945

  • Memunculkan sikap solidaritas, hal ini terjadi karena semboyan ini menekankan pada kehidupan sosial bersama meski berbeda suku atau ras. Dengan berkumpulnya masyarakat dengan golongan berbeda akan membuat sikap tolong menolong dan solidaritas bisa semakin berkembang di tengah masyarakat Indonesia.

Dampak Negatif Bhinneka Tunggal Ika

Dampak negatif Bhinneka tunggal ika bagi bangsa Indonesia diantaranya yaitu:

Banyaknya salah penafsiran yang dilakukan oleh beberapa golongan. Dengan banyak yang salah penafsiran ini bukannya membuat damai, namun semboyan yang memiliki makna baik ini dijadikan sebagai alasan konflik yang sering terjadi. Banyak masyarakat yang menyuarakan hak-hak yang bertentangan dengan norma di Indonesia, hal ini tidak bisa dihindari mengingat semboyan Indonesia ini memperbolehkan masyarakat untuk menganut bahasa, suku, ras, ataupun kepercayaan.

Semboyan ini sering kali di salah gunakan oleh kelompok radikal yang mengancam negara, mereka beralasan bahwa kehidupan sosial seperti apapun diperbolehkan di Indonesia. Salahnya penafsiran Bhinneka tunggal ika ini sangat sering terjadi, terutama di wilayah yang kurang akan pengetahuan seputar Negara Indonesia itu sendiri.

Penerapan Bhinneka Tunggal Ika

Berikut ini beberapa contoh penerapan Bhinneka tunggal ika:

Mementingkan Kepentingan Bersama

Dengan mengutamakan kepentingan bersama sebelum kepentingan pribadi, kurangi sikap egois dan memaksa kehendak pribadi kepada orang lain, berusaha mencari tahu tentang pendapat orang ataupun kepentingan orang tersebut.

Disini bisa memikirkan kebaikan bersama, carilah jalan keluar yang tidak menguntungkan satu pihak saja. Tapi usahakan kedua belah pihak memiliki hak dan kewajibannya masing-masing, sehingga dengan menerapkan sikap tersebut kita telah menegakkan Bhinneka tunggal ika.

Baca Juga : Proses Perumusan UUD Negara RI Tahun 1945

Toleransi Terhadap Beragam Kepercayaan

Menegakkan sikap toleransi merupakan sikap yang bisa diterapkan dalam menerapkan sikap toleransi beragama. Di Indonesia sendiri banyak agama yang diperbolehkan, disini bisa toleransi terhadap kepercayaan masyarakat lainnya. Maksud toleransi kepercayaan bukan berarti anda ikut merayakan hari raya mereka, tapi memberikan sikap sama sekali tidak ikut campur dalam urusan keagamaan yang mereka lakukan. Baik berupa ancaman, teguran, nasihat, ataupun mengganggu peribadatan yang mereka lakukan.

Musyawarah Untuk Mufakat

Musyawarah untuk mufakat tentu saja sudah sangat sering didengar oleh masyarakat Indonesia, mengingat hal ini sering digunakan di Negara Indonesia. Bahkan negara demokrasi merupakan salah satu bentuk dari sikap musyawarah untuk mufakat.

Sikap yang satu ini ternyata merupakan bentuk penerapan semboyan Indonesia, dimana di dalamnya ada unsur menghargai orang lain dan tidak membedakan golongan tertentu. Selain itu musyawarah untuk mufakat juga mengajarkan sikap kebersamaan dan sosial yang sangat erat.

Menegakkan Sikap Pluralisme

Dengan menegakkan sikap pluralisme, dimana pluralisme sendiri merupakan sikap tahu, percaya, paham, ataupun mengerti bahwa perbedaan dan keragaman merupakan hal yang wajar. Di Indonesia sendiri sikap ini sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan keutuhan wilayah yang ada di Negara Indonesia.

Karena itu penerapan bhinneka tunggal ika berupa penegakan sikap pluralisme harus diperhatikan, masyarakat harus dibekali mengenai sikap ini bahwa perbedaan tersebut adalah hal biasa dan wajar. Jangan sampai akibat perbedaan yang ada di Indonesia membuat negara menjadi kacau.

Sebagai masyarakat Indonesia yang baik tentunya mempelajari semboyan ini merupakan hal yang wajib dilakukan, terlebih semboyan ini sudah melekat dengan Negara Indonesia bahkan semboyan bhinneka tunggal ika menjadi pondasi berdirinya Negara Indonesia itu sendiri.

Baca Juga : Sistem Pemerintahan Yang Berlaku Di Indonesia

Demikian pembahasan tentang Bhinneka Tunggal Ika, mulai dari pengertian, sejarah, arti, makna, prinsip, fungsi, tujuan dan dampak Bhinneka Tunggal Ika bagi Indonesia. Semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan lainnya.