Pengertian Atribusi Sosial : Teori, Jenis dan Contoh Atribusi Sosial

Posted on

Arti Atribusi Sosial – Apa yang dimaksud dengan atribusi sosial? Sebutkan jenis dan contoh atribusi sosial!

Agar lebih memahaminya, kali ini kita akan membahas tentang pengertian atribusi sosial menurut para ahli, teori, jenis dan contoh atribusi sosial secara lengkap.

Baca Juga : Pengertian Kemalasan Sosial

Pengertian Atribusi Sosial

Pengertian atribusi sosial adalah upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab dari perilaku diri sendiri ataupun orang lain.

Definisi atribusi sosial yaitu penyimpulan penyebab perilaku maupun peristiwa. Atribusi sendiri diartikan sebagai hal yang dilakukan setiap hari dan tanpa menyadari bias dan proses dasat yang mengarahkan ke kesimpulan.

Pengertian Atribusi Sosial Menurut Para Ahli

Baron (2004)

Atribusi sosial merupakan upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain juga perilaku sendiri.

Dayakisni (2006)

Pengertian atribusi sosial ialah proses yang dilakukan untuk mencari jawaban atau pertanyaan mengapa atau penyebab perilaku orang lain ataupun diri sendiri.

Sarwono (2009)

Pengertian atribusi sosial adalah analisis kausal, yakni penafsiran pada sebab mengapa suatu fenomena memperlihatkan gejala tertentu.

Teori Atribusi Sosial

Berikut ini beberapa teori mengenai atribusi sosial, diantaranya yaitu:

Teori Inferensi Koresponden

Menurut pendapat Jones dan Davis (1965) menyatakan bahwa orang memberikan perhatian khusus pada perilaku yang disengaja. Teori tersebut memberikan bantuan untuk memahami proses terjadinya atribusi internal.

Mereka mengatakan jika orang cenderung melakukan hal yang disengaja saat orang melihat korespondensi antara perilaku dan motif. Contohnya, ketika orang melihat korespondensi individu yang ramah maka akan menjadi ramah pula.

Baca Juga : Pengertian Nilai Sosial

Atribusi disposisional memberikan informasi, sehingga individu bisa memprediksi perilaku seseorang dimasa depan. Teori inferensi koresponden melukiskan kondisi dimana seseorang membuat atribut internal untuk perilaku yang dianggap disengaja.

Pemakaian istilah inferensi koresponden oleh Davis tersebut dilakukan untuk merujuk pada sebuah kejadian saat seorang pengamat mengambil kesimpulan bahwa perilaku individu sesuai dengan kepribadian yang mereka miliki. Menurut Jones dan Davis, berikut ini lima sumber informasi untuk membuat inferensi korespondensi, diantaranya yaitu:

Pilihan
Apabila perilaku dipilih dengan bebas, maka penyebabnya dipercaya adalah faktor internal (disposisi).

Perilaku Disengaja
Merupakan perilaku yang cenderung disengaja dihubungkan dengan kepribadian orang tersebut juga kondisi/penyebab eksternal.

Keinginan Sosial
Keinginan sosial yaitu kondisi dimana perilaku rendahnya hasrat bersosialisasi yang tak sesuai menghendaki kita untuk meinferensi disposisi lebih dari perilaku sosial yang tak dikehendaki.

Relevansi Hedonistik
Apabila perilaku seseorang nampak secara langsung ditujukan untuk memberikan manfaat atau berbahaya bagi kita.

Personalisme
Apabila perilaku orang lain terlihat ditujukan memberi dampak terhadap kita, kita memandang hal tersebut “personal” dan tidak hanya hal sampingan dari kondisi tempat kita berada.

Common Sense Psychology

Dalam buku yang berjudul The Psychology of Interpersonal Relations (1958), Fritz Heider melakukan eksplorasi mengenai sifat hubungan interpersonal, dan menggunakan konsep yang disebut “akal sehat” atau “psikologi naif”. Berdasarkan teorinya, ia mempercayai bahwa seseorang melakukan pengamatan, analisis dan memberikan penjelasan mengenai perilaku orang lain dengan penjelasan ataupun eksplanasi tertentu.

Baca Juga : Pengertian Mobilitas Sosial

Walaupun seseorang mempunyai beragam penjelasan mengenai perilaku tertentu dari orang lain, Heider mengklasifikasikan penjelasan tersebut menjadi dua yaitu atribusi internal (pribadi) dan atribusi eksternal (situasional). Pada saat pembuatan atribusi internal, penyebab perilaku individu dihubungkan dengan karakteristik individu seperti disposisi, sikap, usaha, suasana hati, kepribadian, dan kemampuan.

Sedangkan, pada saat proses pembuatan atribusi eksternal, penyebab perilaku perilaku individu berhubungan dengan kondisi dimana perilaku tersebut dilihat seperti keberuntungan, orang lain dan tugas. Dua tipe tersebut menciptakan persepsi yang sangat berbeda mengenai seseorang yang terlibat dalam perilaku.

Model Kovariasi

Teori ini dikemukakan oleh Kelley (1967), teori ini merupakan pengembangan dari model logis yang digunakan untuk menilai suatu perilaku yang dilakukan seseorang dan dikaitkan dengan karakteristik orang yang bersangkutan dan ataupun lingkungannya.

Kovarisasi diartikan bahwa seseorang mempunyai informasi dari beragam pengamatan yang dilakukan di situasi dan waktu yang berbedaserta bisa merasakan kovarisasi efek yang diperhatikan dan penyebabnya.

Kelley menyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan apakah perilaku beratribusi disposisional (internal) atau situasional (eksternal), diantaranya yaitu:

  • Konsensus, yaitu perilaku yang cenderung dilakukan banyak orang dalam situasi/kondisi yang sama. Semakin banyak orang melakukan,maka konsesusnya semakin tinggi konsensus, dan sebaliknya.
  • Konsistensi, yaitu pelaku yang berkaitan cenderung memiliki perilaku yang sama di situasi yang sama pula. Konsisten tinggi apabila pelaku berperilaku sama dan sebaliknya.
  • Distingsi atau kekhususan, yaitu pelaku yang terkait cenderung memiliki perilaku sama dalam situasi yang berbeda. Apabila “ya” maka distingsi tinggi dan apabila “tidak” maka distingsi rendah.

Model Tiga Dimensi

Teori ini dikemukakan Bernard Weiner, ia menyatakan bahwa seseorang mempunyai respons afektif awal pada konsekuensi potensial dari motif intrinsik atau ekstrinsik aktor, yang nantinya memberikan pengaruh terhadap perilaku dimasa mendatang.

Baca Juga : Pengertian Interaksi Sosial

Ini berarti bahwa persepsi atau atribusi individu mengapa mereka berhasil atau gagal pada kegiatan tertentu menentukan besarnya upaya individu tersebut akan terlibat dalam kegiatan di masa mendatang.

Weiner memberikan saran bahwa seseorang mencari atribusi mereka dan secara kognitif menilai sifat kasual pada perilaku yang dialaminya.

Pada saat atribusi berpengaruh positif dan berekspektasi tinggi di masa mendatang akan sukses, atribusi tersebut perlu kemauan yang sangat besar untuk menjalankan tugas pencapaian yang sama di masa mendatang dibanding atribusi yang berpengaruh negatif dan memiliki harapan rendah pada kesuksesan dimasa mendatang.

Penilaian afektif dan kognitif memberikan pengaruh terhadap perilaku kedepannya saat seseorang menghadapi situasi/kondisi yang sama. Menurutr Weiner, ada 3 kategori atribusi pencapaian diantaranya:

  • Stabilitas (stabil dan takstabil)
  • Locus of control (internal dan eksternal)
  • Controllability (terkontrol atau tidak terkontrol)

Stabilitas memberikan pengaruh terhadap harapan seseorang mengenai masa depan, kontrol berkaitan dengan keuletan seseorang terhadap misi dan kontrol memberikan pengaruh pada respons emosional pada hasil tugas.

Jenis Atribusi Sosial dan Contohnya

Secara umum, atribusi sosial dibedakan menjadi 2 dimensi diantaranya:

Atribusi Sosial Internal dan Ekternal

Teori atribusi menyatakan bahwa atribusi yang diciptakan individu mengenai peristiwa dan perilaku bisa dibedakan menjadi internal atau eksternal.

Pada atribusi internal (disposisional), individu menarik kesimpulan bahwa penyebab perilaku atau peristiwa seseorang adalah faktor pribadi seperti sifat, kemampuan, atau perasaan.

Baca Juga : Pengertian Keteraturan Sosial

Pada atribusi eksternal (situasional), individu menarik kesimpulan bahwa penyebab perilaku atau peristiwa seseorang adalah faktor situasi.

Contoh atribusi internal dan eksternal diantaranya pada sat bisnis seseorang mengalami kegagalan maka hal tersebut dikaitkan dengan kemampuan berbisnis yang kurang (faktor internal atau pribadi) atau mode negatif dalam perekonomian negara (faktor eksternal atau situasional).

Atribusi Sosial Stabil dan Tidak Stabil

Pada saat seseorang menciptakan atribusi stabil, maka mereka akan membuat kesimpulan bahwa penyebab perilaku atau kejadian peristiwa adalah faktor yang stabil dan tak berubah.

Pada saat seseorang menciptakan atribusi tidak stabil, maka mereka mereka akan membuat kesimpulan bahwa penyebab perilaku atau kejadian peristiwa adalah faktor yang tak stabil dan hanya sementara.

Contoh atribusi sosial stabil dan tidak stabil diantaranya Indah mendapatkan nilai C pada ujian matematika, apabila ia menghubungkan nilai dengan fakta yang ada bahwa ia tak beruntung maka ia menciptakan atribusi yang stabil. Akan tetapi, apabila ia menghubungkan nilainya dengan kenyataan ia tak belajar maka ia menciptakan atribusi yang tidak stabil.

Demikian pembahasan tentang pengertian atribusi sosial menurut para ahli, teori, jenis dan contoh atribusi sosial secara lengkap. Semoga bermanfaat